Mimpi Tanpa Kerja Keras Adalah Omong Kosong


Terkadang saya bingung, apa sih yang bisa dibanggain dari diri sendiri?

Rasa-rasanya sangat kurang. Jauh panggang daripada api. Bocah seperti ini mau ngebanggain orang tua? Mau ngubah dunia? Boro-boro, diri sendiri aja masih rusak. Cih. Pesimis lagi. Namun setelah tak sengaja kembali membaca novel "Sang pemimpi"-nya Andrea Hirata, ada sepotong kalimat yang bunyinya kira-kira seperti ini:


"Pepatahku sekarang adalah pepatah konyol kuli-kuli meksiko yang patah arang dengan nasib: Ceritakan mimpimu agar Tuhan bisa tertawa" - Ikal.

Miris sekali. Sangat pesimis dan suram. Pada paragraf selanjutnya, Ikal, sang tokoh utama novel diatas diceritakan menyesal sejadi-jadinya karena telah mengecewakan Ayahnya. Sang Ayah kecewa karena Ikal pesimis dengan hidupnya sehingga dia belajar sekadarnya. Toh akhirnya juga jadi kuli, begitu pikirnya. Namun setelah disemprot habis-habisan oleh Pak Mustar, Sang Guru yang terkenal galak dan keras, Ikal menyesal. Menangis.

"Kau tahu Bujang? Berhenti bercita-cita adalah tragedi terbesar dalam sejarah umat manusia!" begitu dampratan Pak Mustar, menusuk langsung ke ulu hati Sang Pesimis, Ikal.

Ikal menangis. Keras.

Kemudian di paragraf lain tertulis: "Aku sontak tersadar bahwa sikap pesimis telah mengkhianatiku bulat-bulat"

Ya, seringkali pesimis dan realistis adalah hal yang menghambat kita untuk maju.

Jadi, berhentilah pesimis dan mulai wujudkan mimpi ini.

Jika kita berani bermimpi, kita juga harus berani mewujudkannya.

Namun ada sesuatu yang penting yang harus ditanamkan dalam diri ini. Mimpi yang hebat, harus pula diiringi oleh usaha yang hebat. Kadang kita terlalu asyik mengkhayal, kemudian sulit untuk membedakan yang mana fiksi dan realita. Orang-orang memiliki mimpi yang bagus, namun tak bersedia bekerja keras. Disini saya mulai menyadari, bahwa jalan ini masih panjang, berliku dan tajam. Perhatikan tweet Prof. Rhenald Kasali berikut ini:

Komitmen terhadap cita-cita adalah cara untuk menggapai mimpi. Seberapa besar keinginan kita terhadap mimpi itu. Atau memang kita hanya manusia yang hanya suka berwacana.


Pada akhirnya, kerja keras dan mungkin juga kerja cerdas salah satu yang menentukan, selain tentunya takdir-Nya
Kesimpulannya, kalau anda malas dan tak mau kerja keras, jangan harap mimpi anda bisa terwujud. Makanya saya bilang seperti judul blog ini: Sang Pemimpi sama Sang Pemalas itu beda tipis. Tipisnya itu di kerja keras. Ingat kata Pak Jokowi: Kerja, kerja kerja!

Mimpi tanpa kerja keras adalah omong kosong.




P:S Ditulis untuk mengingatkan diri sendiri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wawancara dengan Alfa Maqih

Pindah